Absensi fingerprint menjadi peningkatan keamanan ketimbang kata sandi dan kartu identitas dikarenakan jauh lebih sulit untuk dipalsukan.
Namun absensi fingerprint tampaknya kehilangan relevansinya semenjak pandemi melanda dunia.
Perusahaan dihimbau untuk membersihkan tempat kerja secara berkala, mendorong pegawai untuk sering mencuci tangan, dan mengurangi kontak fisik.
Banyak perusahaan kemudian beralih ke teknologi absensi online dalam upaya menciptakan tempat kerja yang lebih bersih dengan mengurangi kemungkinan paparan virus terhadap pegawai.
Apa saja yang mempengaruhi keputusan peralihan sistem absensi secara massif ini? Berikut alasan absensi fingerprint sebagai solusi HR sebaiknya ditinggalkan.
Faktor Absensi Fingerprint sebagai solusi HR Mulai Ditinggalkan
Absensi Fingerprint dapat Menyebarkan Penularan Virus
Menurut
Center for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah badan kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat, menyatakan bahwa virus Corona membutuhkan setidaknya beberapa jam hingga berhari-hari untuk mati tergantung dengan paparan udara atau sinar matahari.
Pembersihan rutin dengan sabun dan air direkomendasikan untuk setiap permukaan yang mungkin terkena virus.
Tetapi peralatan elektronik seperti tombol di lift dan saklar listrik tidak dapat didesinfeksi dengan cara yang sama seperti permukaan lainnya.
Absensi Fingerprint adalah salah satu sistem yang tidak dapat didesinfeksi secara teratur dengan air atau pembersih sehingga jika pegawai memasuki gedung kantor melalui sistem kehadiran biometrik tradisional berupa sidik jari kemungkinan akan meningkatkan infeksi virus.
Solusi HR Saat Ini Memerlukan Fleksibilitas
Survei yang dilakukan perusahaan jasa finansial PricewaterhouseCoopers (PwC) menemukan sekitar 50% perusahaan di Indonesia telah mempermanenkan pola kerja jarak jauh atau Work from Home (WFH) bagi pegawai mereka sementara 39% perusahaan global menerapkan kerja jarak jauh permanen.
Survei PwC dilakukan terhadap 2.800 responden pemimpin perusahaan yang mewakili berbagai skala bisnis di 29 industri dan 73 Negara. Di Indonesia, survei ini melibatkan sebanyak 112 pemimpin usaha.
Survei ini memperlihatkan secara statistik, perusahaan tidak dapat menggunakan absensi fingerprint selama masa pandemi dikarenakan absensi fingerprint menggunakan sidik jari untuk memverifikasi kehadiran.
Dengan kata lain, verifikasi hanya dapat dilakukan apabila pegawai berada pada lingkungan kantor meskipun menerapkan sistem WFH.
Absensi Fingerprint di masa pandemi menjadi metode yang tidak efisien serta berpotensi meningkatkan infeksi virus.
Absensi Fingerprint Tidak Terintegrasi Aplikasi
Tracking terhadap absensi karyawan secara manual bukanlah solusi HR paling ideal dikarenakan absensi berhubungan dengan payroll.
Data kehadiran pada absensi fingerprint tidak real time dan tetap membutuhkan rekapitulasi secara manual sehingga tidak efisien jika HR membutuhkan laporan secara cepat.
Selain itu, data kehadiran yang terekam dalam bentuk file spreadsheet dapat diubah-ubah oleh oknum tertentu sehingga jam kehadiran dari karyawan tidak valid
Demikian alasan absensi fingerprint sebagai solusi HR sebaiknya ditinggalkan. Pada masa pandemi, perusahaan membutuhkan sistem kehadiran yang dapat meminimalkan penyebaran virus, fleksibilitas, dan terintegrasi dengan payroll.
Pegaw.ai menawarkan sistem HRIS dimana fitur yang dimiliki dapat menjadi solusi manajemen kehadiran karyawan agar pencatatan kehadiran dapat lebih mudah, aman, dan cepat.